Itivuttaka
Demikian telah dikatakan Sang Buddha..
"Wahai para bhikkhu,
Itivuttaka 26
Seandainya para makhluk tahu, seperti yang aku tahu,
buah dari perbuatan memberi serta berbagi,
mereka tidak akan makan sebelum memberi.
Bahkan seandainya itu adalah makanan terakhir, suapan terakhir, mereka tidak akan menikmatinya tanpa membaginya seandainya ada orang yang dapat diajak berbagi.
Tetapi, wahai para bhikkhu, karena para makhluk tidak tahu,
seperti yang aku tahu, buah dari perbuatan memberi dan berbagi,
maka mereka makan tanpa memberi dan noda kekikiran menguasai serta mengakar di dalam pikiran mereka.
Itivuttaka 27
Jika dengan pikiran yang tidak terkotori,
Dia memancarkan pikiran yang penuh cinta kasih,
Walaupun hanya pada satu makhluk saja,
Dia telah melakukan perbuatan baik melalui hal itu.
Tetapi orang luhur menghasilkan
Amat banyak perbuatan baik,
Dengan menyebarkan pikiran yang penuh cinta kasih,
Kepada semua makhluk hidup.
Itivuttaka 38
"Sang Tathagata bergembira dalam niat yang tidak jahat dan menikmati tidak adanya niat jahat...,
buah pikir ini sering muncul dalam diri-Nya:
'Dengan tindakan ini aku tidak menindas siapapun juga, baik yang lemah maupun yang kuat'."
Itivuttaka 40
Ketidaktahuan akan mendahului dan membawa pada hal-hal yang tidak bermanfaat,
sedangkan pikiran tidak tahu malu dan tidak takut untuk bertindak salah akan mengikutinya."
Alam kehidupan apapun yang tidak menyenangkan,
Di dunia ini dan di dunia sana,
Semuanya berakar pada ketidaktahuan,
Yang dibangun oleh nafsu keinginan dan keserakahan.
Karena orang yang memiliki nafsu keinginan jahat,
Tidak punya malu dan tidak punya rasa hormat,
Dari situlah kejahatan mengalir keluar,
Dan dia pergi menuju keadaan sengsara.
Itivuttaka 68
Jika seseorang yang tidak melakukan kejahatan
berkawan dengan seorang yang jahat,
ia sendiri akan dicurigai sebagai orang jahat,
dan reputasinya akan runtuh.
Sesuai dengan teman-teman yang dimilikinya,
sesuai dengan orang yang diikutinya.
Demikianlah seseorang akan terbentuk,
seperti orang-orang yang berhubungan dengannya.
Jika seseorang mengikat sekerat ikan yang telah busuk
dengan seutas rumput kusa,
rumput itu juga akan berbau busuk.
Demikian pula dengan seseorang yang mengikuti orang dungu.
Jika seseorang membungkus kayu cendana
dengan selembar daun,
daun itu juga akan berbau harum.
Demikian pula dengan seseorang yang mengikuti orang bijaksana.
Dengan mengingat contoh tentang daun pembungkus,
dan mengerti hasilnya,
seseorang seharusnya bersahabat dengan orang bijaksana,
dan jangan pernah bersahabat dengan orang dungu.
Tathagata adalah istilah yang sering digunakan oleh Sang Buddha bila menyebut dirinya sendiri. Secara ringkas artinya adalah 'dia yang dengan demikian telah datang' atau 'telah pergi' (menuju Penerangan Sempurna).